SEDEKAH KANG GOJEK

"Sedekah Kang Gojek"

Akhir-akhir ini setiap gw pesen Grab bike, susah banget dapetin driver yang mau ambil orderan. Apalagi jarak yang ditempuh cukup jauh. Kaya kemaren aja gw mau mesen grab dari rumah gw di Bekasi Utara ke Rumah Sakit Pertamina Jaya, Cempaka Putih, Jakpus. Sampe 4 kali driver mencancel bookingan gw. Yah gw paham emang, terkadang ada driver Grab bike yang males buat anter jauh-jauh, sedang argo/tarifnya relatif murah. Gak kaya GOJEK yang argonya lebih mahal diatas grabike dan uber. Karena murah lah itu salah satu alesan gw menjadi pelanggan setia Grab bike hingga detik ini. Biasalah buat hemat ongkos. Hehehe.

Lanjut, setelah gw order ampe empat kali dan semuanya ditolak, yaudah mau ga mau gw harus beralih ke tetangganya, Gojek. Sebelum booking, gw liat tarifnya dulu, hmmm memang jauh lebih mahal ketimbang Grab. Tapi ah sudahlah, gw harus cepet-cepet ke Rumah sakit. Sebab bokap gw masuk ICU lagi.

Tak perlu nunggu lama, gw udah dapetin driver yang siap anter gw ke RS. Semenit kemudian, kang gojek langsung nelpon gw.

"Cinta satu malam, oh indahnya, cinta satu malam buatku melayang, walau satu malam akan selalu kukenang, dalam hidupku".

Hape gw berdering dengan riangnya melantunkan lagu CSM nya Melinda. Gw segera mengangkat panggilan masuk itu yang tak lain tak bukan dari sang Gojek.

"Halo mas, saya sudah di Kerinci 2 nih, mas dimana yah?" Saut kang Gojek dari sebrang telpon".

"Oh yah kang, saya dibelakang pake jaket item, baju merah, kaca mataan, tampan orangnya". Jelas gw singkat, padat, dan berbobot.

"Oke mas, saya segera ke sana".

Tuuuuuuuuutt...

Telpon mati. Lebih tepatnya gw yang matikan. Karena gw tau kang gojek biasanya ga bakal matiin sampe pelanggannya yang matiin duluan. Jadi gw aja yg matiin duluan biar ga kepotong banyak juga pulsa kang gojeknya.

Semenit kemudian kang gojek udah ada di hadapan gue.

"Mau pake masker?" Kata kang gojek menawarkan.

"Wah boleh banget kang, kebetulan lagi ga bawa masker, tambah cuaca panas lagi". Jawab gue sembari mengambil masker yang disodorkan kang gojek.

Dengan satu tarikan, motor beat sporty CBS hitam kang gojek membawa gw menelusuri hiruk-pikuknya jalanan ibu kota Bekasi menuju Jakarta. Siang itu cuaca lagi panas-panasnya ditambah macet di sekitar Pulo Gadung sampai Kelapa Gading. Gw sempet menggerutu karena macet yang parah itu. Pada saat itu, kang gojek mulai membuka obrolan sama gue. Bukan modus, caper, ataupun sksd, tapi memang sudah menjadi suatu cara mereka menjalin kedekatan dengan pelanggannya. Yakni dengan menciptakan obrolan-obrolan ringan.

"ke RS ngapain mas, kerja atau jengkuk orang sakit?". Tanya kang gojek membuka obrolan.

"Jengkuk kang, jengkuk bapak tiri sakit".

"Oh memangnya sakit apa, sudah berapa lama dirawat di sana?"

"Sebetulnya sudah lama setruk total, tapi terakhir ini kata dokter beliau didiagnosa radang paru-paru. Makanya sudah 2 minggu lebih bapak dirawat dan 5 kali masuk ICU, dan sekarang ke ICU lagi".

"Innalillahi lama juga yah, memangnya sudah berapa tahun sakitnya?

"Sekitar 4 tahun beliau setruk, 2 tahun awal masih ringan dan bisa jalan, tapi 2 tahun berikutnya sudah total dan tidak bisa bergerak sama sekali sampai sekarang".

"Semoga Alloh memberikan kesembuhan bagi bapak mas yah, oh yah ini mas setiap hari bulak-balik di RS apa gantian sama yang lainnya?

"Amiiin.. Amiin. Kalau saya sih biasanya gantian sama ibu stand by di rumah sakit, yah mumpung saya ada banyak waktu luang".

"Oh memang sekarang sudah kerja apa kuliah?"

Hmmmm.... gw terhening sejenak... asli gw bingung mau jawab apa.

"Kuliah kang, belum kerja hehe".

"Kuliahnya di mana? Sekarang libur nih emangnya?". Tanya kang grab lagi.

"Hmm di Al-Azhar kang". Jawab gue singkat.

"Oh Al-Azhar, lumayan deket dari Bekasi".

Jawab kang grab padahal yang gw maksud bukan Al-Azhar Jakarta.

"Hehehehe"

"Kok ketawa mas?"

"Engga kang, maksudnya bukan Al-Azhar Jakarta, tapi Kairo".

Seketika kang Gojek itu menolehkan palanya ke belakang dengan tatapan kaget dan takjub.

"Kairo Mesir mas??" Wah hebat bangat tuh mas, berarti udah fasih ngomong arab cas cis cus dong?".

"Hehe engga mas biasa aja, saya mah masih belajar dan terus belajar"

Terkadang gue suka heran sama orang indo kalo denger gue atau orang lain yang kuliah di Mesir, acapkali dibilang wowlah, kerenlah, hebatlah, jagolah, atau apalah. Sejatinya Mesir itu ga sebagus yang digambarkan kang Abik dalam Ayat-Ayat Cinta atau pelem KCB (Ketika Cinta Bertasbih). Di sana mah cenderung bebas, Intinya hidup sesuai prinsip. Yah lu mau jadi baek bisa tambah baek, mau jadi ga bener juga bisa, mau jadi gembel bisa juga, mau jadi gamers bisa, mau jadi apapun yang lu mau di sini bisa. Tapi inget, ngapain lu ngerantau jauh-jauh ninggalin keluarga, sahabat, temen, pacar *eh kalo lu ga jombs. Kalo tujuannya gak buat cari ilmu sama ulama-ulama besar Mesir kan? Kan? Kan?

Karena bagusnya Mesir tuh begini, lu mau cari guru udah kek cari batu, tapi batu yang berharga. Banyak sekali majlis-majlis ilmu, tahfidz quran, kursus Arab atau tempat talaqqi (berguru langsung depan ulama) sama syaikh-syaikh besar. Dan semua itu gratis. Kalaupun bayar paling disuruh seikhlasnya.

Eits kok jadi melenceng jauh gini ceritanya (?) Oke sip kita lanjutkan.

Nah, akhirnya kita ngobrol tuh sepanjang perjalanan, biar ga ditanya-tanya soal Mesir, gue juga balik nanya ke kang gojeknya. Ternyata si kang gojek ini dari Depok dan gue adalah pelanggang pertamanya hari ini.

"Iya mas, saya dari Depok, sekali narik bisa keliling Jabodetabek. Tapi saya biasa mangkal di HI (Harapan Indah). Dan dari pagi belum dapet orderan sama sekali. Baru di Harapan Jaya saya dapet orederan mas". Cerita kang gojek.

Di tengah obrolan hangat antara gue dan kang gojek sepanjang perjalanan, tak terasa kalau ternyata kita sudah sampai di depan RS Pertamina Jaya.

Karena gue udah tau tarifnya 31k, jadi gue udah siapin uang pecahan buat kang gojek dari rumah.

"Ini yah mas 35 ribu, sisanya ambil aja". Kata gue sembari menyodorkan selembar uang 20 ribuan, sepuluh ribu dan lima ribuan.

Kang gojek pun mengambil uang tersebut. Tapi cuma 15 ribu yang dia ambil. Sisanya suruh gue ambil lagi.

"Mas, hatur nuhun, saya terima 15 ribu aja yah dari mas, bukan bermaksud apa, saya ikhlas kok, barangkali dengan ini Alloh memudahkan rizki saya hari ini dan seterusnya".

Gue pun sontak menolak, tapi kang gojeknya sekali lagi memohon supaya gue ngambil sisanya. Dalam hati gue berbisik, ini orang kan belum dapet orderan sama sekali, masa malah nolak uang orderan pertamanya. Tapi yah gue ngertiin lah, barangkali dia ingin bersedekah karena dia tau bokap gue lagi sakit. Jadi insya Alloh gue terima dan mendoakan semoga kang gojeknya mendapatkan keberkahan dan rezeki yang berlimpah hari ini.

Di malam hari, sekitar pukul 11.00 WIB gue dapat pesan masuk baru dari kang gojek yang tadi siang anter gue ke RS. Isinya seperti ini:

"Mas, Alhamdulillah hari ini saya dapat banyak orderan. Jauh lebih banyak dari biasanya. TerimKasih sudah order gojek saya. Semoga Alloh memberikan kesembuhan kepada bapak mas dan memudahkan semua urusan mas dan keluarga".

Entah, tiba-tiba aja gue terharu baca pesan singkat kang gojek tersebut. Ternyata masih banyak orang yang memiliki jiwa kepedulian yang tinggi terhadap sesama. Seperti halnya kang gojek yang bersedekah ke gue di saat-saat sulit. Yah sulit, bayangkan dia sudah jauh-jauh narik dari Depok ke Bekasi mencari orderan dari subuh, namun belum ada satupun yang ia dapat hingga siang hari. Dan sekalinya dapat, ia menyedekahkan setengahnya ke pelanggannya.

Punhalnya dalam islam, bukankah Islam mengajarkan kita untuk tetap bersedekah di waktu lapang maupun di waktu sempit? Seperti firman Allah swt. dalam Surat Ali-Imran: 133-136.

"Dan bersegeralah kamu kepada ampunan dari Tuhanmu dan kepada surga yang luasnya seluas langit dan bumi, yang disediakan untuk orang-orang yang bertakwa. (Yaitu) orang-orang yag menafkahkan (hartanya), baik di waktu lapang maupun di waktu sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan (kesalahan) orang, Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik… Mereka itu balasannya ialah ampunan dari Tuhan mereka dan surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya, dan itulah sebaik-baik pahala orang yang beramal."

Dan terbukti janji Alloh bagi bagi orang-orang yang ikhlas bersedekah terutama dalam kondisi sempit/kekurangan.

Sebagaimana yang dikabarkan Rasululloh Shallallohu 'alaihi wasallam dalam sebuag hadis:

Dari Abu Hurairah, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Satu dirham dapat mengungguli seratus ribu dirham“. Lalu ada yang bertanya, “Bagaimana itu bisa terjadi wahai Rasulullah?” Beliau jelaskan, “Ada seorang yang memiliki dua dirham lalu mengambil satu dirham untuk disedekahkan. Ada pula seseorang memiliki harta yang banyak sekali, lalu ia mengambil dari kantongnya seratus ribu dirham untuk disedekahkan.”

(HR. An Nasai no. 2527 dan Imam Ahmad 2: 379)

Dalam hadis lain Rasululloh juga bersabdha:

"Alloh akan selalu menolong hambanya selama ia menolong saudaranya". (Muttafaq 'alaihi)

Begitulah teman cerita gue, Semoga kisah singkat ini dapat diambil hikmah dan pelajarannya.